Padang, Amakomedia.com – Wacana kawasan Kota Tua yang ada di Kota Padang kembali akan dilakukan revitalisasi kembali mengemuka.
Ini diketahui dalam diskusi forum Pentahelix yang berlangsung di Rumah Dinas Wali Kota Padang, Kamis (3/7/2025) kemarin.
Diskusi bertajuk Pengembangan Kawasan Kota Tua dan Padang Menuju Kota Kreatif Gastronomi.
Forum ini mempertemukan berbagai pihak untuk menyatukan gagasan, termasuk akademisi, pemerintah, pelaku usaha, komunitas, dan media.
Salah satu pembicara yang dihadirkan dalam diskusi itu, yakni Guru Besar Departemen Arsitektur dan Perencanaan UGM, Wiendu Nuryanti.
Dalam paparannya, Wiendu kawasan Kota Tua Padang memiliki potensi besar menjadi simpul kegiatan budaya dan ekonomi yang berskala global.
“Bahkan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari jati diri Sumatera Barat (Sumbar) dan Indonesia,” kata Wiendu.
Jadi ia mengatakan, pentingnya strategi rebranding Kota Padang agar lebih menonjolkan identitas lokalnya.
Secara historis, sambungnya, Padang miliki Multikulturalisme yang hidup berdampingan dan saling harmonis.
“Bila ini dipadukan dengan atmosfer heritage Kota Tua, berpotensi besar memperkuat citra pariwisata kota ini,” ujarnya.
Jadi menurutnya, langkah revitalisasi memang hal yang dibutuhkan sehingga mampu menjadikan Kota Tua sebagai ruang publik yang hidup.
“Terpenting lagi dengan revitaliasasi menjadikan kawasan Kota Tua itu bersahabat bagi wisatawan, dan menopang perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Guru Besar Universitas Andalas (Unand), James Hellyward juga ungkapkan gagasan pikirannya untuk Kota Tua Padang ini.
Penilaianya, Kota Tua Padang menyimpan kekuatan untuk menjadi destinasi wisata utama di Sumatera Barat (Sumbar).
Keunikan arsitektur kolonial serta atmosfer budaya yang khas menjadikan kawasan ini menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Kemudian keberadaan bangunan bersejarah di kawasan ini merupakan kekayaan yang tidak dimiliki banyak daerah.
“Ini menjadi daya tarik kuat untuk pengembangan pariwisata berbasis budaya,” tukas mantan Kepala Dinas Pariwisata Sumbar ini.
Sementara itu, Dosen Universitas Bung Hatta, Jonny Wongso, menekankan kawasan Kota Tua merupakan episentrum awal pertumbuhan Kota Padang.
Wilayah ini dulu berkembang sebagai kota pelabuhan, didukung oleh industri batu bara, semen, serta infrastruktur kereta api dan sektor perkebunan.
Wilayah tersebur, sebutnya, bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga tempat pertemuan berbagai budaya masyarakat pesisir dan pedalaman.
“Ini kemudian berkembang menjadikannya wilayah multi-etnis dengan nilai sejarah tinggi,” jelas Jonny.
Apa yang dikemukakann tiga pakar ini setidaknya menjadi role model bagi Pemko Padang tentang bagaimana mengembangkan kawasan kota tua itu.
Bisa juga dikatakan, paparan dari para pakar itu bisa dikatakan sejalan dengan ambisi Padang sebagai Gastronomy City jaringan UNESCO Creative Cities Network (UCCN). (*)