Padang, Amakomedia.com – Sosok Ali Akbar (A.A) Navis tidak hanya dikenal sebagai seorang
Sastrawan kondang di negeri ini.
Namanya juga diabadikan oleh dunia melalui Unesco, dengan menjadikan hari kelahiran A.A. Navis ini menjadi tanggal Internasional.
Penghargaan dunia terhadap A.A. Navis ini bahkan tidak terbayangkan oleh sang putri maestro Sastrawan ini, Gemala Ranti.
Ranti menyebutkan papinya adalah sosok yang mengagumkan dan punya karakter kuat serta sayang dan tanggung jawab kepada keluarganya.
Bahkan dirinya tidak tahu bahwa perayaan ini merupakan usulan pemerintah melalui Badan Bahasa.
“Saya masih ingat saat mami berkerja sebagai pegawai, papi yang mengasuh kami. Meski papi membaca koran di meja, kami dikumpulkan di depannya untuk bermain,” kenangnya.
Papi tidak marah, lanjutnya, kendati main tempat dia bersama empat saudaranya yang lain itu bermain sudah berserakan.
Apa yang diungkapkan Ranti itu di saat acara pelaksanaan diskusi Sastra menggenang 100 tahun A.A. Navis yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Sumbar, Sabtu siang (23/11/2024).
Ia mengaku, perayaan memperingati 100 tahun A.A Navis ini merupakan apresiasi yang sangat luar biasa bagi dirinya dan juga dunia Sastra.
Ranti melanjutkan, pernah satu ketika, papi sedang membuat kliping koran. Untuk merekatkan kliping itu, papinya menggunakan lem yang terbuat dari tepung kanji.
“Namun ketika kami memberikan perekat yang yang baru kala itu, papi justru mengatakan “anak urang kayo awak” (anak orang kaya kamu, red),” ungkapnya.
Papi, sebut Ranti, bahkan melanjutkan membuat klipingnya itu menggunakan lem tepung kanji tersebut.
Ranti juga mengatakan, pesan yang sampaikan papinya saat itu adalah jangan jadi orang sombong, namun tetaplah sederhana.
Kemudian, Ranti juga mensosok papinya adalah seorang pembaca dan pengamat. Kebiasaannya tiap pagi membaca sejumlah surat kabar yang ada di meja kerjanya.
Sambil membaca dan mengamati semua tulisan maupun berita di surat kabar itu, beliau kemudian menandainya dengan spidol karena dianggap penting.
“Selanjutnya papi menyuruh kami untuk mengguntingnya untuk dijadikan kliping,” papar Ranti.
Kliping yang dibuat itu, dibaca berulang kali oleh papinya, agar bisa memahami apa yang terkandung dalam berita itu.
“Bisa dikatakan, karya yang dihasilkan papi, baik Sastra, tulisan dan karya untuk seminar dengan berbagai macam topik, adalah hasil memahami dan pengamatan keseharian papi,” tukasmya. (*)