Padang, Amakomedia.com – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) RI, Yassierli menerangkan, kualitas tenaga kerja di Indonesai masih rendah.
Tidak itu saja, dari sisi produktivitas tenaga kerja Indonesia juga rendah jika dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja di sejumlah negara Asean.
Penegasan itu diungkapkan Menaker Yassierli saat menjadi pembicara kunci pada acara Studium Generale Seri #1 Universitas Andalas (Unand), Jumat (10/1/2025).
“Komposisi tenaga kerja Indonesia saat masih didominasi oleh tenaga kerja di sektor informal, dengan tingkat pendidikan SD hingga SMP,” kata Yassierli.
Bahkan, sebutnya, lebih dari 50 persen angkatan kerja Indonesia berada di sektor ini, tentu ini menjadi tantangan besar dalam meningkatkan daya saing di kancah global.
Selain itu, Yassierli juga menyoroti rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia jika dibandingkan dengan produktivitas tenaga kerja di sejumlah negara Asean.
Dia menerangkan, hal ini tercermin dari angka Human Capital Index (HCI) Indonesia yang meraih skor 0,53.
“Angka ini berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan sejumlah negara Asean lainnya. Bahkan, produktivitas tenaga kerja Indonesia juga berada di bawah rata-rata Asean,” ucapnya.
Terkait tema Studium Generale di Unand hari itu, Yassierli menilai setidaknya ada tiga tantangan utama era digital yang dihadapi.
“Tiga tantangan itu adalah hal-hal yang mencakup tentang kecerdasan buatan (AI), akses digital, serta robot dan antonomous systems,” papar Yassierli.
Berdasarkan survei, diperoleh data 63 persen perusahaan menyebutkan skill kesenjangan keterampilan sebagai kendala utama dalam mengadopsi teknologi digital.
Oleh karena itu, Yassierli memandang bahwa penguasaan terhadap AI dan big data menjadi sangat penting dalam dunia ketenagakerjaan saat ini.
“Selain itu, peningkatan kapasitas naker juga harus disertai dengan pengembangan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan beradaptasi,” pungkasnya. (*)