Padang, Amakomedia.com – Sejak awal Januari hingga September 2024, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur alami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Adanya trend positit di PT Pelabuhan Indonesia Regional II Teluk Bayur itu diungkapkan Junior Manager Komersialnya, Anindito saat temu media di Padang, Kamis (21/11/2024).
“Sepanjang Januari hingga September 2024, secara totally arus bongkar muat di Teluk Bayur untuk semua komoditi curah mencapai 5,2 juta ton,” kata Dito.
Jumlah itu, terangnya, melebihi dari target yang pernah dipasang Pelindo Teluk Bayur di tahun sebelumnya yakni sebanyak 5 juta ton
Dari semua komoditi itu, sebut Dito, produk crude palm oli (CPO) masih jadi komoditi terbanyak aktivitasnya yakni mencapai 60 persen dari semua komoditi.
Setelah itu, baru iringin aktifitas bongkar muat seperti cangkang, batu bara, semen, customer goods (kebutuhan rumah tangga) dan produk lainnya.
Dia menambahkan, peningkatan bongkar muat juga terjadi pada sisi peti kemas. Terhitung pada periode yang sama yakni Januari hingga September 2024 itu mencapai 74 ribu teus.
“Sedangkan pada 2023 lalu jumlahnya sekitar 7 ribu teus. Jadi ada kenaikan sekitar 4 ribu teus dibanding pada periode yang sama di tahun 2023 kemarin,” tukas Dito.
Dito memperkirakan, naiknya arus bongkar muat melalui peti kemas karena banyaknya permintaan kebutuhan pokok. Sedangkan impor kebanyakan barang customer goods.
Kemudian ditanya apakah bongkar muat batu bara di Teluk Bayur alami penurunan akhir-akhir ini?
Dito menjawab, untuk batu bara masih ada aktivitas bongkar muat, hanya saja soal regulasinya tinggi dan konsumennya pun tertentu.
“Beda dengan bongkar CPO, karena produk ini konsumsi umum misalnya untuk minyak goreng dan bahan
kebutuhan lainnya untuk rumah tangga, sedangkan ekspor sangat dipengaruhi semen,” terangnya.
Sementara Asisten Manager Komersial, Willy menambahkan, mengutip penjelasan Plt Gubernur Sumbar Audy
Joinaldy bahwa Sumbar memang bukan daerah industri seperti yang di pulau Jawa.
Tapi walaupun bukan daerah industri, namun uang masuk ke Sumbar banyak, cuma uang masuk itu tidak berputar seperti di tempat-tempat lain.
“Uang masuk itu lebih banyak dipakai untuk konsumtif, yang berputar di masyarakat sendiri tidak begitu signifikan,” kata Willy. (*)